Era Orde Baru dimulai setelah adanya pernyataan kemunduran presiden
Soekarno dari tahta kepemimpinan yang di tandai pula dengan berakhirnya
Era Orde Lama pada tahu 1965. Pada awal Era Orde Baru yang di motori
oleh Soeharto sebagai presiden RI yang kedua tersebut mengambil langkah
kebijakan awal yang cukup yang jauh berbeda dengan kebijakan Orde Lama
yaitu meliputi tiga kebijakan diantaranya; Mengembalikan ekonomi pasar,
Memperhatikan Sektor Ekonomi, dan Merangkul Barat. Kebijakan Politik
Bebas Aktif telah mampu membawa bangsa ini ke kancah politik dunia baik
ke Barat dengan tanpa meninggalkan Timur. Pada awal Orde Baru
dilakukanlah suatu Rehabilitasi ekonomi sehingga pada waktu itu belum
terasa adanya suatu pembangunan yang signifikan. Akan tetapi, sebuah
program Pembangunan Lima Tahun telah di canangkan sebagai rencana
pembangunan lima tahunan dalam stabilisasi ekonomi bangsa. Dari
kebijakan itulah defisit anggaran bisa teratasi dan Indonesia pun mulai
menjalin kerjasama dengan IMF dan Bank Dunia lagi. Dalam suatu kebijakan
lainnya yaitu kebijakan uang ketat, liberalisasi perdagangan dan
investasi, munculnya UU PMA, dan lainnya.
Pada langkah awal pembangunannya, Soeharto lebih berorientasikan disektor pertanian hingga tahun 1970-an dengan tidak meninggalkan sektor pertambangan dan minyak. Hingga akhirnya, pendapatan Negara meningkat US$0,6 milyar pada tahun 1973 menjadi US$10,6 milyar pada tahun 1980. Bahkan pada waktu itu, bangsa Indonesia telah mencapai Swasembada pangan. Penerimaan negara yang tinggi diimbangi pula dengan peredaran uang yang tinggi sehingga terjadi inflasi yang tinggi karena sektor moneter tak mampu menyerap setiap peningkatan likuiditas. Oleh karena itu, pemerintah mempercepat pertubumhan industri. Kebijakan utang ketat pun dijalankan sebelumnya oleh karena itu pada waktu harga minyak dunia turun, kebijakan itu terasa membantu.
Pada tahun-tahun berikutnya, para konglmerat mulai menguasai sektor ekonomi sehinggan GNP pada waktu itu hanya berputar di kalangan konlomerat saja. Suatu kesenjangan sosial mulai nampak dikalangan masyarakat hingga tahun 90-an.
Pada akhir Orde Baru, yang ditandai dengan maraknya konglomerasi sektor ekonomi, praktek KKN dimana – mana, lilitan utang luar negeri yang menggunung, dan masalah politik lainnya menyebabkan keadaan perekonomian dan sosial Bangsa Indonesia mengalami suatu krisis multidimensi, tak jarang penjarahan dan kerusuhan diberbagai pelosok Indonesia terjadi. Inflasi pun meingkat ke level Hyper inflation sehingga Rupiah pada waktu itu turun drastis dari nilai Dollar. Puncak dari krisis sekitar pun terjadi, sehingga banyak aksi Mahasiswa dan Ormas Berunjuk rasa menuntut Reformasi dan akhirnya pada bulan Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinannya dengan meninggalkan suatu jejak krisis di segala bidang dan keadaan perekonomian yang carut-marut dalam cengkraman IMF.
Pada langkah awal pembangunannya, Soeharto lebih berorientasikan disektor pertanian hingga tahun 1970-an dengan tidak meninggalkan sektor pertambangan dan minyak. Hingga akhirnya, pendapatan Negara meningkat US$0,6 milyar pada tahun 1973 menjadi US$10,6 milyar pada tahun 1980. Bahkan pada waktu itu, bangsa Indonesia telah mencapai Swasembada pangan. Penerimaan negara yang tinggi diimbangi pula dengan peredaran uang yang tinggi sehingga terjadi inflasi yang tinggi karena sektor moneter tak mampu menyerap setiap peningkatan likuiditas. Oleh karena itu, pemerintah mempercepat pertubumhan industri. Kebijakan utang ketat pun dijalankan sebelumnya oleh karena itu pada waktu harga minyak dunia turun, kebijakan itu terasa membantu.
Pada tahun-tahun berikutnya, para konglmerat mulai menguasai sektor ekonomi sehinggan GNP pada waktu itu hanya berputar di kalangan konlomerat saja. Suatu kesenjangan sosial mulai nampak dikalangan masyarakat hingga tahun 90-an.
Pada akhir Orde Baru, yang ditandai dengan maraknya konglomerasi sektor ekonomi, praktek KKN dimana – mana, lilitan utang luar negeri yang menggunung, dan masalah politik lainnya menyebabkan keadaan perekonomian dan sosial Bangsa Indonesia mengalami suatu krisis multidimensi, tak jarang penjarahan dan kerusuhan diberbagai pelosok Indonesia terjadi. Inflasi pun meingkat ke level Hyper inflation sehingga Rupiah pada waktu itu turun drastis dari nilai Dollar. Puncak dari krisis sekitar pun terjadi, sehingga banyak aksi Mahasiswa dan Ormas Berunjuk rasa menuntut Reformasi dan akhirnya pada bulan Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinannya dengan meninggalkan suatu jejak krisis di segala bidang dan keadaan perekonomian yang carut-marut dalam cengkraman IMF.
Analisis : semenjak berakhirnya orde lama dan menjadi awal orde baru Indonesia mengambil 3 kebijakan yaitu Mengembalikan ekonomi pasar,
Memperhatikan Sektor Ekonomi, dan Merangkul Barat. Sebuah program Pembangunan Lima Tahun telah di canangkan sebagai rencana
pembangunan lima tahunan dalam stabilisasi ekonomi bangsa. Dari
kebijakan itulah defisit anggaran bisa teratasi dan Indonesia pun mulai
menjalin kerjasama dengan IMF dan Bank Dunia lagi.
Sumber : http://accounting1st.wordpress.com/2011/06/25/suatu-ringkasan-mengenai-periodisasi-perekonomian-indonesia-dalam-era-orde-baru/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar